https://enjangwahyuningrum.files.wordpress.com/2011/04/bermain2-images.jpg?w=530 |
A.
Pengertian
Perkembangan Sosial Emosional
Menurut Hurlock, Perkembangan Sosial
berarti “ Perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga
proses. Diantaranya adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara
sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sifat
sosial. Sedangkan, menurut Ahmad Susanto, perkembangan sosial merupakan
“Pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja
sama.”
Kail (2002) menyatakan perkembangan
sosial anak berkembang sejak usia 2 (dua) tahun. Salkind (2002) menyatakan
perkembangan sosial anak berkembang sejak dia lahir dan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan terutama orang tua dan sekolah. Seefeldt dan Wasik (2005) menyatakan
terjadi pertumbuhan perkembangan sosial yang sangat mengagumkan pada anak usia
dini. Rohweder sebagaimana dikutip Sommer dkk (2010) menyatakan perkembangan perkembangan
sosial anak usia dini sejalan dengan perkembangan kemampuan berbahasa, fisik,
dan kemampuan ekspresi nilai-nilai moral. Cavell (2003)
mendefinisikan perkembangan sosial sebagai kemampuan sosial yang terdiri dari
penyesuaian diri dengan orang lain, penampilan sosial, dan keterampilan sosial.
Perkembangan sosial merujuk kepada nilai-nilai dan kebenaran perilaku-perilaku
yang ditampilkan. Perkembangan sosial mencakup kemampuan untuk menyampaikan
pesan dengan efektif, menerima pesan dengan efektif, dan menggunakan pesan
tersebut. Perkembangan sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor kepribadian
seperti temperamen, konsep diri, dan cara pandang terhadap orang lain dan
dunia. Ogden (2006) menyatakan secara luas perkembangan sosial dapat
digambarkan sebagai semua kemampuan yang berhubungan dengan interaksi sosial,
dan secara sempit dapat dimaknai sebagai sebuah keterampilan atau karakter
dalam diri individu yang berkaitan dengan caranya berhubungan dengan orang
lain.
Menurut berbagai pendapat diatas,
perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial yang merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Baik itu dalam tatanan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
B.
Tahapan
Perkembangan Sosial Emosional
Setiap anak mempunyai tahapan
perkembangan dalam segala aspek perkembangannya, begitu pula pada bidang
sosialnya. Perkembangan tersebut didasarkan pada tahapan usia dari
masing-masing anak. Charlotte Buhler seperti yang dikutip oleh Abu Ahmadi
menjelaskan,tingkatan perkembangan sosial anak menjadi 4 (empat) tingkatan
sebagai berikut :
(a)
Tingkatan pertama: Sejak dimulai umur 0;4/0;6 tahun, anak mulai mengadakan
reaksi positif terhadap oarng lain, antara lain ia tertawa karena mendengar
suara orang lain.
(b)
Tingkatan kedua: Adanya rasa bangga dan segan yang terpancar dalam gerakan dan
mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang lainnya. Contoh: Anak yang
berebut benda atau mainan, jika menang dai akan kegirangan dalam gerak dan
mimik. Tingkatan ini biasanya terjadi pada anak usia ±2 tahun ke atas.
(c)
Tingkatan ketiga: Jika anak telah lebih dari umur ±2 tahun, mulai timbul
perasaan simpati (rasa setuju) dan atau rasa antipati (rasa tidak setuju) kepada
orang lain,baik yang sudah dikenalnya atau belum.
(d)
Tingkatan keempat: Pada masa akhir tahun ke dua, anak setelah menyadari akan
pergaulannya dengan anggota keluarga, anak timbul keinginan untuk ikut campur
dalam gerak dan lakunya.
(e)
Dan pada usia 4 tahun, anak makin senang bergaul dengan anak lain terutama
teman yang usianya sebaya. Ia dapat bermain dengan anak lain berdua atau
bertiga, tetapi bila lebih banyak anak lagi biasanya mereka akan bertengkar.
(f)
Kemudian, pada usia 5-6 tahun ketika memasuki usia sekolah, anak lebih mudah
diajak bermain dalam suatu kelompok. Ia juga mulai memilih teman
bermainnya,entah tetangga atau teman sebayanya yang dilakukan di luar rumah.
C.
Faktor
Penyebab Perkembangan Sosial Emosional
Bila pengalaman awal seorang anak
dalam bersosialisasi lebih banyak memberi kesenangan dan kepuasan, maka dapat
diperkirakan proses sosialisasinya berkembang ke arah yang positif, tetapi
sebaliknya bila tidak, hambatan dan kesulitan dalam bersosialisasi akan banyak
ditemui anak
Menurut Dini P. Daeng S (1996: 114)
ada empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, yaitu :
1. Adanya
kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia
dan latar belakang.
Semakin
banyak dan bervariasi pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang di lingkungannya,
maka akan semakin banyak pula hal-hal yang dapat dipelajarinya, untuk menjadi
bekal dalam meningkatkan keterampilan sosialisasi tersebut.
2. Adanya minat dan motivasi untuk
bergaul
Semakin
banyak pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan
aktivitas sosialnya, minat dan motivasi untuk bergaul juga akan semakin
berkembang. Keadaan ini memberi peluang yang lebih besar untuk meningkatkan ketrampilan
sosialisasinya. Dengan minat dan motivasi bergaul yang besar anak akan terpacu
untuk selalu memperluas wawasan pergaulan dan pengalaman dalam bersosialisasi,
sehingga makin banyak pula hal-hal yang dipelajarinya yang pada akhirnya akan
meningkatkan kemampuan bersosialisasinya. Sebaliknya bila seorang anak tidak
memiliki minat dan motivasi untuk bergaul, akan cenderung menyendiri dan lebih
suka melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak banyak melibatkan dan menuntut
hubungan dengan orang lain. Dengan demikian makin sedikit pengalaman bergaulnya
dan makin sedikit pula yang dapat dipelajarinya tentang pergaulan yang dapat
menjadi bekal untuk meningkatkan kemampuan sosialisasinya.
3. Adanya
bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model” bagi
anak.
Walaupun
kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui cara “cobasalah” (trial
and error) yang dialami oleh anak, melalui pengalaman bergaul atau dengan
“meniru” perilaku orang lain dalam bergaul, tetapi akan lebih efektif bila ada
bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat
dijadikan “model” bergaul yang baik bagi anak.
4. Adanya
kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.
Dalam
berkomunikasi dengan orang lain, anak tidak hanya dituntut untuk berkomunikasi
dengan kata-kata yang dapat difahami, tetapi juga dapat membicarakan topik yang
dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi lawan bicaranya.
Kemampuan berkomunikasi ini menjadi inti dari sosialisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar